Tips Franchise

DOKUMEN FRANCHISE – Panduan Usaha Bagi Franchisor dan Franchisee

Standard Operating Procedure (SOP) dalam bisnis franchise, juga dikenal dengan istilah franchise document. Dokumen franchise ini merupakan salah satu bagian krusial ketika franchisor akan bekerjasama dengan franchisee.  Karena Dokumen Franchise merupakan berkas-berkas tertulis yang perlu dimiliki oleh usaha dengan sistem franchise. Berkas tertulis tersebut berupa kelengkapan proses administrasi dan panduan usaha. Termasuk didalamnya, antara lain: ketentuan standarisasi, panduan operasi dan kelengkapan legal yang diperlukan oleh sistem dan tata cara menjalankan usaha. Dengan demikian yang termasuk dalam Dokumen Franchise adalah panduan atau manual usaha, prospektus penawaran franchise serta perjanjian franchise. Dokumen Franchise bersifat terbatas dan rahasia, sehingga tidak ditujukan untuk konsumsi umum. Dalam penyusunan Dokumen Franchise haruslah berorientasi pada ketentuan diantaranya: Mudah dimengerti dan diikuti Memberi motivasi untuk dilaksanakan Keamanan untuk kerahasiaan Memberikan uraian lengkap untuk rujukan pada setiap proses kegiatan Khusus untuk Dokumen Panduan Usaha, terdiri dari 2 bagian yaitu: Dokumen Franchisee; adalah materi yang digunakan untuk usaha franchisee, baik berupa panduan, ketentuan dan alat bantu bagi pendirian dan operasional franchisee di outletnya. Dokumen Franchisor; adalah materi yang digunakan untuk pengelolaan, baik berupa panduan, ketentuan dan alat bantu bagi operasional pengelolaan franchise yang digunakan pada tim manajemen franchisor dalam mengelola jaringan usaha franchise-nya. Dalam sistem franchise, dokumen memang bukan satu-satunya kelengkapan yang harus dimiliki. Namun apabila terjadi permasalahan atau persoalan dalam menjalankan usaha, Dokumen Franchise dapat menjadi rujukan untuk membantu meluruskannya permasalahan. Pertanyaannya sekarang sudah lengkap dan rapikah Dokumen Franchise yang anda miliki saat ini? “Kelengkapan dan kerapian menjadi kunci kesuksesan Dokumen Franchise anda” Dapatkan contoh-contoh dokumen franchise pada http://franchiseacademyindonesia.com/penawaran-khusus/e-book-merchandise/ Salam Sukses, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

DOKUMEN FRANCHISE – Panduan Usaha Bagi Franchisor dan Franchisee Read More »

Cara Memfranchisekan Bisnis : Membuat STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Standarisasi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem franchise. Sebuah usaha yang telah distandarisasi tentu akan lebih mudah untuk diduplikasi dengan pola kerjasama franchise. Namun banyak pemilik usaha yang kesulitan dalam membuat standarisasi kegiatan usahanya. Dalam franchising, hal yang penting untuk dibuat standarisasi ada 2 hal, yaitu standarisasi bentuk dan standarisasi proses. Standarisasi bentuk merupakan standarisasi terhadap aspek fisik outlet yang akan diduplikasi, misalnya, ukuran outlet, desain, peralatan, perlengkapan hingga kriteria lokasi yang cocok untuk membuka outlet tersebut. Sedangkan standarisasi proses merupakan standarisasi terhadap kegiatan yang harus dilakukan di outlet tersebut meliputi kegiatan marketing, operasional hingga administrasi. Seluruh standarisasi proses ini apabila dibuat secara tertulis tentu akan sangat baik bagi franchisor, karena akan berguna sebagai rujukan bagi seluruh karyawan dan juga franchisee-nya nanti. Standarisasi yang dibuat tertulis ini umum dikenal dengan istilah SOP (standard operating procedure). SOP yang dibuat tertulis akan menjadi manual usaha bagi franchisee (penerima waralaba) yang akan menjalankan bisnisnya. Berdasarkan pengalaman Franchise Academy Indonesia selama ini dalam membantu pelaku usaha di Indonesia dalam memfranchisekan bisnisnya, kami telah merumuskan sebagian proses standarisasi usaha dalam bentuk Ebook. Ebook ini akan memberikan informasi kepada calon franchisor ataupun yang telah menjadi franchisor yang ingin menyusun Panduan Operasional Usahanya secara efektif. Dalam ebook ini dilengkapi dengan langkah praktis dan contoh-contoh untuk menyusun panduan usaha untuk franchisee. Untuk mendapatkan ebook yang bermanfaat ini silahkan kunjungi http://franchiseacademyindonesia.com/penawaran-khusus/e-book-merchandise/ Salam Franchise, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Cara Memfranchisekan Bisnis : Membuat STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) Read More »

Cara Memfranchisekan Bisnis : Menentukan FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE

Ketika memulai bisnis franchise merupakan momentum yang paling menantang bagi franchisor. Biasanya franchisor lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada aspek teknis outlet yang akan diduplikasi seperti desain, peralatan, lokasi hingga kegiatan launching. Sehingga kadang franchisor yang baru pertama kali menjual franchise akan menemui kesulitan dalam menentukan franchise fee dan royalty fee yang akan dibebankan kepada franchisee-nya. Franchise fee adalah biaya pembelian hak franchise untuk jangka waktu tertentu. Franchise Fee yang dibayarkan kepada franchisor dapat dikatakan sebagai kompensasi atas pengalaman franchisor membuat, mengembangkan dan menguji format bisnis yang diduplikasi dengan sistem franchise. Format bisnis yang telah dikembangkan menjadi sistem yang efektif, serta merek yang telah dibangun citra positifnya di masyarakat dapat dikatakan sebagai keunikan milik franchisor. Royalty Fee dapat didefinisikan sebagai kontribusi bagi hasil dari pendapatan franchisee (biasanya dari penjualan) atas penggunaan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) milik franchisor dalam menjalankan bisnis. Dengan demikian, terlepas franchisee sedang mengalami untung atau rugi, franchisee tetap wajib membayar royalty fee. Namun dibalik itu, Franchisor pun berkewajiban untuk membantu franchisee untuk meningkatkan pendapatannya agar royalty yang dibayarkan oleh franchisee juga semakin besar. Dalam menentukan Franchise Fee dan Royalty Fee, ada 3 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu: Market Oriented Pendekatan market oriented dilakukan dengan membandingkan indeks Franchise Fee dan Royalty Fee dari industri sejenis menggunakan data yang dikeluarkan oleh asosiasi atau lembaga tertentu yang berkaitan tentang franchise. Misalnya dengan menggunakan data referensi pada www.franchisedirect.com Customer Oriented Pendekatan customer oriented dilakukan dengan memprediksikan kemampuan calon customer diwilayah tertentu, misal untuk regional Jakarta akan lebih mahal dibanding Yogya karena factor daya beli yang berbeda, baik untuk calon Franchisee maupun untuk konsumen bisnis kita. Oleh karena itu, nilai Franchise Fee dan Royalty Fee akan bervariasi bergantung wilayahnya. Cost Oriented Pendekatan cost oriented dilakukan dengan menghitung seluruh biaya yang dibutuhkan oleh franchisor untuk mengembangkan sistem franchise, mempromosikan paket franchise hingga support kepada franchisee nya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian secara kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan Franchise Fee dan Royalty Fee dengan menggunakan pendekatan cost oriented ini. Untuk melakukan perhitungan Franchise Fee dan Royalty Fee dapat dilakukan dengan simulasi keuangan sehingga didapat formula yang pas berapa besaran Franchise Fee dan Royalty Fee yang optimal bagi Franchisor dan Franchisee. Kami kantor konsultan Franchise Academy Indonesia secara berkala mengadakan workshop yang khusus membahas tentang proses memfranchisekan bisnis, termasuk di dalamnya simulasi perhitungan Franchise Fee dan Royalty Fee ini. Jadi pastikan Anda ikut serta dalam kelas pelatihan kami, agar Anda tidak salah menentukan besaran Franchise Fee dan Royalty Fee bagi mitra atau franchisee Anda. Atau jika Anda ingin berdiskusi mengenai penentuan Franchise Fee dan Royalty Fee silahkan hubungi saya via email wahdifakhrozy@yahoo.com Salam Franchise, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Cara Memfranchisekan Bisnis : Menentukan FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE Read More »

Cara Memfranchiskan Bisnis : Membuat Standarisasi Model Bisnis

Ketika sudah memiliki bisnis yang berjalan cukup stabil secara keuangan, memiliki pelanggan yang loyal, merek yang cukup dikenal masyarakat serta yang paling penting menghasilkan keuntungan yang baik. Maka langkah selanjutnya adalah berpikir untuk mengembangkan bisnis menjadi lebih besar lagi, menjadi lebih banyak cabang lagi dan ujung-ujungnya agar memberikan keuntungan yang lebih besar lagi. Untuk sampai ke tahap seperti itu ada beberapa cara pengembangan usaha yang dapat dipilih. Bahkan ketika kondisi sedang pandemi saat ini, bukan halangan untuk menduplikasi usaha. Salah satu alternatif pengembangan usaha yang dapat dipilih adalah dengan memfranchisekan bisnis. Untuk memfranchisekan bisnis langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan membuat standarisasi model bisnis. Hal ini penting untuk dilakukan karena menduplikasi bisnis yang standar akan lebih mudah daripada yang tidak standar. Model bisnis yang distandarkan sebaiknya adalah model bisnis yang proven, atau dengan kata lain bisnis yang sudah terbukti bisa jalan dan memberikan keuntungan. Dalam membuat standarisasi model bisnis, setidaknya ada 2 hal penting yang harus distandarisasi, yaitu standarisasi bentuk dan standarisasi proses. Standarisasi bentuk merupakan standarisasi yang berkaitan dengan fisik bangunan outlet, peralatan serta perlengkapan yang harus ada di outlet yang akan diduplikasi. Sedangkan standarisasi proses merupakan setiap proses kerja standar yang harus dijalankan oleh karyawan di outlet. Standarisasi bentuk meliputi ukuran outlet, desain, atribut identitas usaha, peralatan dan perlengkapan kerja karyawan outlet dan lain sebagainya. Seluruh standarisasi bentuk ini umumnya bersifat investasi fisik di outlet. Sedangkan standarisasi proses meliputi standarisasi kegiatan marketing di outlet, proses operasional di outlet, proses pengelolaan keuangan, proses pengelolaan karyawan hingga pengelolaan stok (apabila ada stok barang dagangan) dan proses lain yang terkait kegiatan usaha di outlet. Kegiatan standarisasi proses ini akan berkonsekuensi pada biaya rutin outlet. Misalnya apabila kita membuat standarisasi kegiatan marketing, maka sebagai konsekuensinya kita akan memiliki biaya rutin untuk melakukan kegiatan marketing setiap bulannya. Demikian juga pada proses kegiatan-kegiatan lainnya. Ketika kita sudah memiliki model bisnis yang standar tentu akan lebih mudah untuk menduplikasi usaha. Namun, model bisnis yang telah standar ini perlu dievaluasi secara berkala dan dilakukan perbaikan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perbaikan ini dilakukan untuk tujuan mengikuti perkembangan selera pasar, atau untuk melakukan penetrasi ke pasar dengan level yang lebih tinggi. Harapan akhirnya bisa setara dengan standar global. Semoga penjelasan di atas bermanfaat buat Anda yang sedang memfranchisekan bisnis. Atau jika Anda masih kesulitan dalam mempersiapkan bisnis Anda menjadi bisnis franchise, Silahkan kontak saya di wahdifakhrozy@yahoo.com Selamat berbisnis franchise ! Salam, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Cara Memfranchiskan Bisnis : Membuat Standarisasi Model Bisnis Read More »

8 Tindakan Franchisee yang Dapat Merugikan Franchisor

Pada artikel ini akan dibahas hubungan antara franchisor dan franchisee dari sudut pandang pemilik brand (merek). Franchisor sebagai pemilik merek yang mengembangkan produk, konsep bisnis serta inovasi yang menyebabkan produk dan jasanya disukai oleh masyarakat tentu akan sangat berkepentingan dalam melindungi kekayaan intelektualnya terutama yang dikerjasamakan dengan franchisee-nya.   Untuk itu, franchisor tentu sangat berharap kerjasama yang dibangun dengan franchisee-nya berjalan baik dengan mendapatkan franchisee yang kooperatif. Namun bisa saja terjadi dimana franchisee yang diajak bekerjasama melakukan tindakan yang dapat merugikan franchisor. Berdasarkan pengalaman beberapa franchisor, setidaknya ada 8 tindakan franchisee yang dapat merugikan franchisor yang sering terjadi dalam hubungan franchise, yaitu:   Franchisee membeli bahan baku dari supplier lain Franchisee memutuskan kerjasama sebelum berakhirnya perjanjian Franchisee tidak mau membayar royalty Franchisee membuka usaha sejenis Franchisee komplain bahwa franchisor tidak memberikan dukungan kepada usahanya Franchisee komplain bahwa franchisor melakukan mark-up terlalu tinggi atas bahan baku yang disupply Franchisee menjual usahanya kepada pihak lain Franchisee mendaftarkan merek milik franchisor sebagai miliknya   Dari kejadian di atas sebaiknya bisa menjadi pelajaran bagi franchisor baru ataupun calon-calon franchisor, agar bisa menyiapkan langkah- langkah antisipasi agar tidak mengalami hal serupa. Pada prinsipnya apabila franchisor bisa selektif dalam memilih mitra yang diajak kerjasama dan selalu memberikan dukungan agar franchisee-nya sukses, maka resiko terjadinya kejadian seperti di atas dapat ditekan. Apabila ada hal mengenai franchise yang ingin didiskusikan, silahkan hubungi saya di wahdifakhrozy@yahoo.com Selamat berbisnis franchise ! Salam, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

8 Tindakan Franchisee yang Dapat Merugikan Franchisor Read More »

Cara Memfranchisekan Bisnis

Sudah mempunyai beberapa toko, dan dapat penawaran untuk membuka tokonya diluar kota. Sebagai #KonsultanFranchise saya sering sekali mendapatkan pertanyaan seperti ini. Usaha (toko) yang sudah berjalan dan kelihatan sukses, sering mendapat permintaan untuk membuka cabangnya ditempat lain, atau ada pihak-pihak yang ingin membeli #Franchise nya untuk mereka usaha sendiri dengan brand dan konsep toko yang sudah kelihatan sukses itu. Sebenarnya untuk menduplikasi usaha (toko) itu ditempat lain tidak sulit. Seperti membuka cabang seperti biasa saja. Hanya saja kalau toko yang dibuka ditempat lain itu melibatkan pihak/mitra lain sebagai pemilik atau pemodal, maka perlu dibuat tersistem dan dengan perhitungan yang matang untuk dapat meraih keuntungan yang bagus. Dengan demikian akan memudahkan untuk saling melihat progres usaha (toko) yang dimitrakan tersebut dengan sudut pandang yang sama. Sebagai #KonsultanFranchise , hal inilah yang saya arahkan kepada klien untuk mempersiapkan sistem yang baru dalam membuka dan menjalankan usaha (toko)nya. Membuka toko ditempat lain (luar kota) bisa dilakukan dengan 3 cara: (1). Membuka cabang sendiri. (2). Membuka toko dengan joint venture, dimiliki bersama mitra. (3). Dilakukan dengan #Franchising, yaitu dimiliki oleh mitra sepenuhnya. Bila ada produk yang akan disuplai ke toko-toko yang akan dibuka, seperti: barang dagangan, bumbu, atau bahan baku, maka membuka toko ditempat lain (luar kota) dengan #Franchising menjadi cara yang strategis. Berikut ini penjelasan cara sederhana #memfranchisekan bisnis: Kita anggap kita akan “mengajari” mitra franchisee untuk membuka toko dan menjalankan bisnis tokonya. Jadi, ‘ngajarin’ -> Training oriented. Mulai dari memilih lokasi yang bagus, melakukan renovasi, membeli peralatan, merekrut karyawan dan menjalankan operasional bisnisnya. Maka dibisnis franchise, semakin sederhana prosesnya, akan semakin mudah untuk mitra menjalankan bisnisnya dengan sukses. Simplify!. Supaya memudahkan prosesnya, dilakukan standarisasi disemua bidang: standarisasi desain, peralatan, proses marketing, proses operasional, dan proses administrasi keuangan. Lebih baik lagi jika semua tertulis (standard operating procedure – SOP) atau bahkan terintegrasi dengan sistem IT. Lakukan training yang intensif. Bukan sekedar ‘ngasih tahu’. Lakukan traning secara berkelanjutan, agar mitra franchisee bisa menjalankan bisnisnya dengan sukses. Semakin mitra franchisee sukses, maka kita sebagai franchisor (pemberi franchise) juga akan lebih sukses. Lakukan monitoring yang konsisten pada toko-toko mitra/franchisee. Pastikan betul-betul mereka menjalankan SOP dan program-program yang diberikan oleh franchisor. Beginilah kira-kira saya sebagai #KonsultanFranchise membimbing klien-klien yang akan memfranchisekan bisnisnya. -burang riyadi konsultan franchise.blogspot.com IG @franchise.advisor

Cara Memfranchisekan Bisnis Read More »

Langkah Praktis Membuat Perjanjian Franchise

  Ketika mewaralabakan usaha, kelengkapan yang wajib dimiliki salah satunya adalah perjanjian waralaba. Perjanjian waralaba merupakan rujukan bagi kedua belah pihak yang bekerja sama, yaitu franchisor dan franchisee. Sehingga perjanjian ini akan bersifat mengikat dan menjadi dasar hukum apabila dikemudian hari terjadi masalah dalam periode kerjasama waralaba. Untuk itu dalam membuat perjanjian waralaba, perlu dipikirkan secara detail apa saja poin-poin yang ingin diperjanjikan hingga konsekuensi dari setiap poin tersebut juga perlu dipertimbangkan secara matang sebelum dimasukkan ke dalam perjanjian waralaba.   Oleh karena itu, franchisor sebaiknya memahami kelebihan dan kekurangan bisnisnya. Hal-hal yang dianggap sebagai kelebihan dari bisnisnya tentu sebaiknya diproteksi dengan baik dalam perjanjian agar kelebihan/keunikan usahanya tidak ditiru oleh orang lain. Sedangkan hal-hal yang dirasa merupakan kekurangan dari bisnisnya juga perlu diproteksi agar mengurangi potensi konflik dengan franchisee dikemudian hari.   Berikut langkah sederhana yang dapat dilakukan ketika membuat perjanjian waralaba: Petakan kelebihan dan kelemahan bisnis Anda Dalam membuat perjanjian waralaba, ada baiknya kita menggali terlebih dahulu kelebihan bisnis Anda, agar bisa dilindungi dengan baik dalam perjanjian untuk menghindari kemungkinan untuk ditiru atau diakui oleh orang lain. Selain itu, kelebihan bisnis ini juga merupakan nilai tambah milik franchisor yang diajarkan, dipinjamkan dan dilatih kepada franchisee, sehingga penting bagi franchisor melindungi kelebihan bisnisnya dengan memasukkannya menjadi pasal dalam perjanjian waralaba. Selain kelebihan, tentu juga penting untuk menggali kekurangan bisnis Anda, tujuannya agar bisa memproteksi kemungkinan tuntutan dari franchisee dikemudian hari. Menyusun perjanjian standar Dalam membuat perjanjian waralaba, perlu untuk membuatnya menjadi format yang standar. Hal ini bertujuan agar seluruh franchisee akan mendapatkan format perjanjian yang sama. Perjanjian yang standar kepada seluruh franchisee akan memudahkan franchisor dalam mengelola franchise-nya, karena ketentuan, peraturan dan perlakuan yang diterima oleh satu franchisee, akan berlaku sama bagi seluruhnya. Kondisi ini akan sangat menguntungkan apabila nanti memiliki banyak franchisee diberbagai lokasi. Membuat susunan pasal yang lengkap dan jelas Dalam membuat perjanjian waralaba kita harus dapat menyusun poin-poin yang diperjanjikan dengan lengkap dan jelas. Hal ini bertujuan agar menghindari multi tafsir atau kesalahpahaman dengan franchisee. Untuk itu, tidak ada salahnya kita melakukan review perjanjian secara berkala agar poin-poin yang diperjanjikan selalu update dengan kondisi terkini dan memastikan tidak ada poin yang ambigu. Pastikan sistematika perjanjian urut Sistematika dalam perjanjian sebaiknya dibuat berurut agar mudah dipahami oleh franchisee, mengingat kita bisa bertemu franchisee dari berbagai latar belakang profesi dan Pendidikan. Apabila sistematika perjanjian dibuat rapi, tentunya akan memudahkan franchisor dalam menjelaskan setiap poin perjanjian kepada franchisee. Konsultasikan draft perjanjian yang Anda susun Ada baiknya draft perjanjian waralaba yang sudah disusun untuk dikonsultasikan kepada ahli hukum atau konsultan waralaba untuk mendapatkan saran dari professional di bidangnya.   Demikian sedikit tips ketika menyusun perjanjian waralaba. Satu lagi hal penting ketika menyusun perjanjian waralaba, hindari mencontoh perjanjian waralaba dari pihak lain untuk dijadikan draft perjanjian waralaba bisnis Anda. Karena keunikan, kelebihan serta kekurangan masing-masing bisnis tentu berbeda-beda. Perjanjian waralaba sebenarnya adalah tools bagi pemilik bisnis waralaba untuk melindungi keunikan bisnisnya atau memproteksi kekurangan bisnisnya, maka ketika Anda mencontoh draft perjanjian waralaba dari pihak lain, maka saat itu Anda sudah kehilangan keunikan atau bahkan kekurangan bisnis Anda tidak terproteksi dengan baik dalam perjanjian.   Semoga penjelasan di atas memberikan inspirasi buat Anda yang sedang menyusun perjanjian waralaba. Atau jika Anda masih kesulitan dalam menyusun perjanjian waralaba, Silahkan kontak saya di wahdifakhrozy@yahoo.com     Selamat Berbisnis!!   Salam,   Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@yahoo.com   Menara 165 Office & Convention Center Jl.TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Langkah Praktis Membuat Perjanjian Franchise Read More »

Kiat Sukses Berbisnis Franchise : Tips Memilih Mitra Franchise

Pengembangan bisnis dengan bermitra dengan pihak lain memang memberikan banyak kelebihan. Terlebih dengan berbagai macam Alternatif pengembangan usaha selain franchise yang dapat dipilih tentu akan membuka lebih banyak peluang lagi. Namun dalam mencari mitra, tidak boleh sembarangan pilih. Kita tetap perlu berhati-hati agar tidak mendapat mitra yang kurang kooperatif. Bermitra dengan orang yang kurang kooperatif akan dapat membawa pengalaman buruk bagi franchisor. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih calon mitra yang ideal: Pilih mitra yang memiliki akses terhadap lokasi strategis Pilih mitra yang memiliki dana cukup Pilih mitra yang terampil dalam mengelola bisnis Pilih mitra yang memiliki jaringan pertemanan luas Pilih mitra yang serius dan berkomitmen tinggi Pilih mitra yang mau menuruti SOP dan tidak “ngeyel” Mendapatkan mitra yang ideal memang tidak mudah, tetapi ada cara untuk menyeleksi calon mitra yang ingin diterima. Pada dasarnya calon mitra yang berminat bergabung menjadi franchisee, dapat diseleksi dari 3 hal, yaitu : Karakternya, Kemampuan Teknisnya (Skill) dan Kemampuan keuangannya. Masing-masing hal ini, pernah dibahas pada artikel sebelumnya yang dapat dibaca di sini. Oleh karena itu, penting bagi franchisor untuk memiliki tahapan seleksi calon franchisee, tahapan seleksi calon franchisee ini dimulai dari tahapan promosi peluang franchise, hingga penandatanganan perjanjian franchise. Untuk melihat tahapan lengkap seleksi calon franchisee ini bisa dibaca pada RED MODULE Franchise Academy Indonesia. Semoga penjelasan di atas memberikan inspirasi buat Anda yang sedang kebingungan dalam memilih calon mitra franchisee. Atau jika Anda masih bingung untuk memilih calon mitra yang mana yang cocok dengan Anda, Silahkan kontak saya di wahdifakhrozy@ifbm.co.id Selamat Berbisnis!! Salam, Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@franchiseacademy.co.id wahdifakhrozy@ifbm.co.id International Franchise Business Management Member of World Franchise Associate (WFA)   Menara Kadin Indonesia Jl.HR Rasuna Said Kuningan Blok X – 5 Kav 2-3 Jakarta

Kiat Sukses Berbisnis Franchise : Tips Memilih Mitra Franchise Read More »

Inovasi = Kunci Usaha Franchise Tetap Unggul

Pada beberapa artikel yang telah sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu cara agar usaha franchise tidak mudah ditiru oleh kompetitor atau bahkan dikhianati oleh franchisee sendiri adalah dengan berinovasi. Inovasi yang dimaksud disini adalah proses yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memikirkan, merancang hingga membuat sesuatu yang baru baik itu dari sisi produk, pelayanan hingga sistem agar dapat menambah nilai atau manfaat dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh model bisnis franchise Ada beberapa alasan sebuah perusahaan perlu memikirkan untuk berubah, yaitu: Berubah bukan karena yang lama ‘buruk’ atau’salah’ tetapi yang lama sudah tidak relevan, tidak kontekstual Berubah supaya tidak menjadi korban perubahan Berubah untuk ‘memegang kendali ‘ dalam proses perubahan Kalau perubahan di luar lebih cepat dari perubahan dalam perusahaan, perusahaan berada dalam bahaya. Berubah karena ada aspirasi baru Dari alasan-alasan yang disebutkan di atas terlihat bahwa berubah merupakan hal wajib yang dilakukan perusahaan agar dapat terus eksis dan memenangkan persaingan dengan kompetitor. Dalam franchising, pengembangan terhadap model bisnis merupakan kunci bagi franchisor agar dapat selalu unggul. Karena ketika sebuah usaha pertama kali menjual paket franchise-nya, maka saat itu jugalah perusahaan tersebut menciptakan kompetitor bagi dirinya. Kompetitor ini bisa berasal dari franchisee-nya sendiri yang kurang puas terhadap hubungan dengan franchisor lalu membuka usaha sejenis dengan brand  yang berbeda, atau dari kompetitor yang memang telah ada sebelumnya yang ikut menjual paket franchise juga. Jadi tidak ada pilihan lain, selain berinovasi dan selalu mengembangkan model bisnis agar selalu 10 langkah di depan kompetitor. Apabila ingin berdiskusi lebih banyak mengenai bisnis franchise dan tahapan memfranchisekan bisnis silahkan email ke franchiseacademyindonesia@gmail.com Salam Franchise,   Wahdi Fakhrozy wahdifakhrozy@franchiseacademy.co.id Franchise Academy Indonesia Wisma Iskandarsyah A 10 Jl.Iskandarsyah Raya Kav.12-14 Jakarta 12160

Inovasi = Kunci Usaha Franchise Tetap Unggul Read More »

3 Hal yang perlu di evaluasi dari calon franchisee

Mendapatkan franchisee merupakan momentum yang menyenangkan bagi franchisor. Selain karena mendapatkan tambahan pemasukan dari Franchise Fee yang dibayarkan oleh Franchisee, kesempatan untuk menambah jumlah outlet tanpa mengeluarkan investasi adalah alasan yang utama. Namun franchisor perlu lebih teliti dalam memilih calon franchisee yang akan disetujui sebagai mitra kerjasama franchise. Perlu ada tahapan seleksi serta kriteria calon franchisee yang cocok untuk diajak bermitra, tujuannya agar Anda dapat mitra yang memiliki komitmen berbisnis yang sama dengan Anda. Kesamaan komitmen dengan Anda sebagai franchisor, merupakan pertimbangan penting dalam menyeleksi calon franchisee. Jangan sampai Anda mendapatkan franchisee yang tidak serius dalam berbisnis. Hal ini bisa lebih celaka lagi kalau franchisee tersebut dikemudian hari tidak bisa menjaga reputasi merek yang Anda berikan kepadanya. Untuk itu, setidaknya ada 3 hal yang perlu Anda gali dari calon franchisee Anda agar dapat lebih yakin apakah calon franchisee tersebut benar-benar mitra yang cocok atau tidak. Ketiga hal yang penting yang perlu anda gali adalah:                 Kemampuan Teknis Salah satu poin yang perlu digali dari calon franchisee adalah kemampuan dan pengetahuannya dalam hal teknis bisnis yang Anda jalankan. Hal ini penting mengingat apabila nanti Anda menerima calon franchisee ini, maka secara tidak langsung dia akan menjalankan bisnis seperti Anda saat ini pada lokasi yang dia usulkan. Setiap bisnis tentu memiliki karakteristik teknis yang berbeda-beda, misalnya untuk bisnis kuliner, pengetahuan dan kemampuan mengenai bahan baku, peralatan memasak, cara mengolah bahan makanan dan minuman, pelayanan terhadap pelanggan merupakan sebagian hal yang berkaitan dengan teknis pengelolaan bisnis kuliner. Apabila bisnis Anda pendidikan tentu akan berbeda lagi, begitu juga dengan bengkel atau salon kecantikan. Oleh karena itu, ada baiknya franchisor menggali secara mendalam apakah calon franchisee Anda ini memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang usaha Anda. Ada kemungkinan calon franchisee Anda orang yang sudah memiliki kemampuan teknis, karena berlatar belakang mantan karyawan di perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama dengan Anda, atau ada kemungkinan calon franchisee Anda orang yang memang belum punya kemampuan teknis yang banyak di bidang Anda karena latar belakang pekerjaan dia sebelumnya tidak berhubungan dengan bidang usaha Anda saat ini. Pilihan kembali kepada Anda, apakah Anda lebih menyukai orang yang sudah punya pengetahuan dan kemampuan teknis yang sama di bidang usaha Anda agar tidak perlu mengajarkan terlalu banyak ketika mulai berusaha. Atau Anda memilih calon franchisee yang tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan sama sekali di bidang usaha Anda dengan pertimbangan lebih mudah mengajarkan hal baru kepada orang tersebut agar tidak terlalu banyak perdebatan karena pengalaman yang dia bawa dari pekerjaannya sebelumnya.   Kemampuan Finansial Selain kemampuan teknis, hal lain yang juga tidak kalah penting untuk digali adalah kemampuan finansial dari calon franchisee. Sebagaimana kita ketahui membeli franchise sama artinya membeli sebuah bisnis. Selayaknya membeli sebuah bisnis tentu bukan investasi yang sembarangan, butuh sejumlah dana untuk membelinya. Oleh karena itu, franchisor perlu menggali calon franchisee-nya apakah memiliki dana yang cukup untuk membeli bisnisnya. Dana yang dimaksud di sini mungkin tidak hanya sebatas dana investasi untuk membuka outlet franchise yang ditawarkan franchisor, tetapi juga dana cadangan bagi kehidupan pribadi calon franchisee tersebut selagi membangun bisnis yang dibelinya dari franchisor. Karena ketika membeli franchise tidak ada jaminan bisa langsung untung di hari pertama dia opening. Selalu ada resiko dalam setiap perjalanan bisnis. Untuk itu, franchisor mungkin juga perlu menggali apakah calon franchisee ini mendapat dukungan keluarga ketika akan membeli bisnis dari franchisor. Jangan sampai karena urusan keuangan internal keluarga menjadi terganggu karena keputusan calon franchisee yang tidak didukung keluarganya. Karakter Pribadi Selain kedua alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, hal yang terpenting untuk digali dari calon franchisee adalah karakter pribadinya. Karakter pribadi menjadi penting karena ini mungkin jadi faktor yang paling menentukan ke depannya. Kecocokan karakter pribadi calon franchisee dengan franchisor harus menjadi pertimbangan utama demi langgengnya kerjasama franchise yang akan dibangun. Karakter calon franchisee yang paling disenangi biasanya adalah yang penurut, terutama mau menuruti sistem serta Standard Operating Procedure (SOP) yang telah dibuat oleh franchisor. Dalam menggali karakter pribadi seseorang terkadang susah-susah gampang, di awal sebelum kerjasama terjalin, calon franchisee biasanya memang terlihat baik dan penurut. Namun itu belum tentu karakter asli pribadi yang bersangkutan. Oleh karena itu, Franchisor harus punya strategi dan metode khusus untuk mencari tahu karakter sebenarnya dari calon franchisee-nya. Karena sekali salah pilih calon franchisee, maka konflik dapat terjadi bertahun-tahun sepanjang masa kerjasama franchise yang disepakati di perjanjian. Proses evaluasi calon franchisee, merupakan salah satu langkah penting dalam berbisnis franchise bagi franchisor. Oleh karena itu, franchisor sebaiknya memiliki tahapan proses evaluasi yang bagus dalam menggali kemampuan teknis, kemampuan finansial dan karakter pribadi calon franchisee-nya. Semakin bagus tahapan proses evaluasi calon franchisee yang dimiliki oleh franchisor, maka peluang untuk mendapatkan franchisee yang berkomitmen kuat terhadap brand dan bisnis yang dimiliki franchisor juga semakin besar. Franchisee yang memiliki komitmen kuat akan serius bahu-membahu bersama Anda membangun bisnis franchise yang sukses. Semoga bermanfaat. Salam,   Wahdi Fakhrozy THE FRANCHISE CONSULTANT wahdifakhrozy@franchiseacademy.co.id International Franchise Business Management Member of World Franchise Associate (WFA)   Menara Kadin Indonesia Jl.HR Rasuna Said Kuningan Blok X – 5 Kav 2-3 Jakarta

3 Hal yang perlu di evaluasi dari calon franchisee Read More »