Sebuah perusahaan memutuskan untuk memasarkan produknya melalui sistem franchise. Setelah jadi bisnis modelnya, kemudian bersiap-siaplah perusahaan tersebut untuk mulai menjalankan pemasaran berdasarkan sistem franchise.
Dalam struktur organisasi perusahaan, dibuatlah sebuah wing baru, yaitu divisi franchise. Karena franchising adalah aktifitas pemasaran, kemudian diangkatlah seorang karyawan yang berdedikasi tinggi dari divisi pemasaran. Karyawan tersebut diberi jabatan sebagai Manager Franchise dengan target kerja agar perusahaan dapat memiliki sejumlah Franchisee dalam kurun waktu tertentu. Tepatkah memilih orang tersebut sebagai Manager Franchise?
Dalam franchising, inti kegiatannya adalah branding, marketing dan training. Yang dimaksud dengan branding disini adalah mengharumkan dan “menjaga” brand milik perusahaan. Kemudian yang dimaksud marketing adalah mulai dari memasarkan bisnis model hingga “memilih Franchisee yang tepat”. Sedangkan yang dimaksud dengan training adalah bagaimana cara melatih dan “menjaga” usaha Franchisee agar tetap dapat berjalan sukses sesuai dengan pengalaman milik Franchisor yang dituangkan dalam bisnis model. Melihat hal diatas, maka tugas dari seorang Manager Franchise adalah pertama mengawasi dan bertanggung jawab atas rekrutmen Franchisee, bahwa Franchisee yang bergabung tidak akan membuat masalah bagi perusahaan.
Kedua, menganalisa progress bisnis Franchisee (operasional dan keuangan Franchisee), memberikan bantuan dan atau pelatihan bila mereka mendapatkan masalah serta bertanggung jawab terhadap eksistensi brand perusahaan yang dipergunakan oleh Franchisee. Ketiga, mengatur dan bertanggung jawab atas biaya dan pendapatan divisi franchise. Dengan tanggung jawab seperti diatas, maka kualifikasi dari seorang Manager Franchise adalah kualifikasi dari seorang senior manager atau general manager. Orang tersebut harus pernah memiliki pengalaman managerial yang cukup lama. Yang terpenting dalam posisi Manager Franchise adalah, bahwa dia harus diberikan wewenang dalam hal memilih Franchisee, memberikan pelatihan secara segera kepada Franchisee serta memutuskan hubungan dengan Franchisee. Dan hal utama yang sama pentingnya dengan kualifikasi orang pada posisi ini, yaitu bahwa divisi franchise bukanlah sekedar sebuah wing dari struktur organisasi perusahaan awal, tetapi merupakan sebuah organisasi sendiri yang mandiri.
Hanya dengan demikian maka kemandirian atas kewenangan yang diberikan akan dapat berjalan tanpa terbentur oleh birokrasi lain yang ada dalam organisasi awal, dimana “mindset” dari para karyawan dalam organisasi awal dan organisasi franchise sudah pasti berbeda, yaitu bahwa mindset organisasi awal adalah mencari keuntungan untuk perusahaan sendiri, sedangkan mindset organisasi divisi franchise adalah membantu orang lain agar perusahaan orang lain tersebut mendapat untung.
Selamat berbisnis.
Ir.Royandi Yunus.MBA